Saya dan Laskar Pelangi Semalam

seroja

Perasaan seperti ini disebut kalem, low spirited, atau kesepian ya? Side effect. Saya bukan orang yang mudah tersentuh sebenarnya, tapi kali ini… Air mata berjatuhan begitu saja, tak terbendung.

Saya… Tentang ia…

Ah, tidak sanggup menemukan kata-kata.

Absurd. Terlalu absurd.

Pada akhirnya, semua orang mewujudkan harapan saat musim hujan tiba. Atau tidak? Betapa jauhnya.

Tak bisa selamanya menyembunyikan diri. Menyerahkah, agaknya, Tuan?

Sekarang bukan saatnya bermenung. Kita harus bekerja lebih keras…

Terima Kasih… untuk senyum semalam, semangat pagi ini,
dan kata pertama itu.

saya, sedang tidak (terlalu) ingin dipahami (:

seroja, diambil dari situs ini.

Saya dan Bakpau

bakpau
Sejak pembicaraan tentang angpau di blog pak heri yang merembet ke bakpau, saya jadi pingin sekali makan bakpau. Yang pernah membaca Traveler’s Tale pasti ingat pertemuan awal Retno, Francis (namanya Francis, Holy), Farah dan Jusuf. Jusuf—entah karena alasan apa—menumpahkan bekal Retno, kemudian Fancis menawari Retno bakpau buatan mamanya. Kisah masa kecil yang manis. Meskipun saya tidak punya kenangan masa kecil tentang bakpau, let alone yang manis seperti itu, bagi saya, bakpau adalah sesuatu yang spesial.

Bakpau adalah salah satu kudapan favorit saya. Mungkin ini bagian dari ketertarikan saya pada kebudayaan Cina, atau simply karena teksturnya yang empuk dan isinya yang lezat itu. Dulu, saya nggak berani makan bakpau isi daging karena bentuk dan warnanya yang menurut saya agak mencurigakan. Selain itu, saya yang pencinta makanan manis ini memang suka sekali dengan kumbu kacang hitam yang lembut dan wangi itu.

Suatu saat, saya menghabiskan liburan di rumah Nenek. Nenek saya, begitu tahu bahwa cucunya ini suka sekali bakpau, setiap sore membelikan saya bakpau. Isi kumbu kacang hitam, isi daging, ataupun coklat. Itulah pertama kalinya saya mencoba bakpau isi daging. Ternyata, rasanya lezat! Saya suka banget sama bakpau isi daging itu, lagipula bentuknya pun manis, dengan lekukan-lekukan yang membuatnya terlihat seperti kelopak bunga.

Di kota kelahiran saya, Salatiga, ada sebuah toko yang menjual bakpau ukuran besar berwarna merah. Salah satu variannya adalah bakpau isi keju. Bakpau ini hanya dijual di sebuah toko di dekat klenteng di Jalan Sukowati. Jalan ini adalah tempat di mana deretan toko yang menjual berbagai jenis makanan khas kota Salatiga.

Bakpau paling enak yang pernah saya nikmati adalah bakpau Chik Yen yang saya beli pada suatu sore di dekat gerbang kampus Bintaro, sepulang dari rapat Hima PPLN. Bakpau itu betul-betul lembut dan enak dikunyah, meskipun saya tidak ingat lagi saat itu bakpau isi apa yang saya pilih.

Sekarang bakpau kecil (atau lebih tepatnya mantou) instan sudah bisa didapatkan dengan mudah di toko-toko swalayan. Meskipun penampilannya lebih cantik (saya suka yang berbentuk kelinci putih dengan isi selai pandan), rasanya tetap tidak bisa mengalahkan cita rasa bakpau bulat tradisional itu. Beberapa hari yang lalu saya mencoba mantou isi selai teratai. Terdengar lezat, bukan? Tapi ternyata saya harus meninggalkan setengah bagian dari mantou itu di atas piring, tidak tersentuh. Tapi mantou bergaris-garis coklat-putih cukup enak ketika dinikmati bersama secangkir susu hangat. Sayang, rasa coklatnya hanya samar-samar.

Saya jadi ingat, bertahun-tahun silam, saat menonton drama favorit saya waktu itu, ada sebuah adegan yang settingnya di sebuah kedai kecil yang menjual bakpau dan susu kedelai. Sesederhana itu, tapi sampai sekarang saya masih selalu memimpikan sebuah bakpau hangat yang dihidangkan dengan segelas susu kedelai pada suatu pagi dingin yang berkabut *berkhayal, hehe*

Alhamdulillah, meski tidak ditemani segelas susu kedelai, kemarin sore terpenuhi juga keinginan saya untuk menikmati bakpau yang lezat (bukan mantou selai teratai yang terlalu manis 🙂 ). Semuanya karena saya untuk kesekian kalinya tertidur di dalam bus dan tergesa-gesa menuju ke pintu yang tertutup tepat di saat saya berhasil meraih pintu itu (membuat saya kesal sekali 😦 ). Duh, ini kebiasaan buruk ya. Tapi justru karena kejadian itu saya menemukan tempat yang menjual bakpau di dekat shelter di mana saya turun. Begitu bakpau hangat itu ada di tangan, tergantilah kekesalan saya dengan senyum lebar 🙂

Ada yang tertarik untuk makan bakpau sambil menonton premier Laskar Pelangi hari ini 😉 ?

idx and me and me

When I arrived at the gate, I saw the windows of my room were still dark. I opened the door, climbed the stairs and found my room open, not at all dark. And there, I found her still wearing her working suits.

“Lho? Kok gak kuliah? Bolos yaa?” I asked her.

“Read about it tomorrow on my blog,” she answered shortly.

Hmm. We’re living in a very dangerous IT era. If two people who share room could only tell everything via blog, then there’s something really wrong about this world now *lolz*

***

Reading her blog, I was suddenly reminded of my childhood habit. An odd one, actually. As a little girl I used to gave very, very special interest to stock-market section on evening news. I don’t know why, I just loved to watch it (I didn’t know what they were really talking about, right?). And I did that every night! Maybe someday I’ll find out why.

***

I used to dream of living in mountainous area, a cold place where pine trees grow and flowers bloom. And I had this strange dream about it. I dreamt that we had to move to Jalan Kaliurang (always wished to live there 😛 ). In that dream, I was in high school or junior high, and I went to school so happily. I even stepped out of the car to enjoy the view!

***

I think I’m getting bored with my daily routines. Especially the ‘journey’ to my office and back. Sometimes I think of living nearer with my office. But I haven’t find a nice place to stay here. Still dream of living in Bintaro, actually. I think a piece of heaven was dropped there 🙂

I need vacation!

Office 2007, the Hardest Day and Corrine May’s Journey are loved.

The facsimile’s still loathed 😦

And a glass of green tea frappe is still craved for.

blame it on the books

Alhamdulillah..

Senang.. Lega.. Thankful..

Semoga semuanya lancar sampai hari itu, dan hari itu, dan seterusnya..

Sepanjang pagi ini sedikit murung, Alhamdulillah untuk kabar yang menyenangkan itu.

***

Semalam, dengan Holy mengobrol di telepon. Kata seseorang, in a jokingly way, “Lihat kalian berempat itu! Terlalu banyak membaca buku makanya jadi idealis dan belum juga menikah!”

Tertawa mendengar kesimpulan itu. Haha, masa iya sih, karena kebanyakan membaca? Ah, what is much, anyway? Saya ngga membaca buku sebanyak itu kok, dan sangat pemilih. Dan kalau sampai sekarang belum mau diajak bicara serius tentang hal itu, karena dia belum pulang dari Inggris masih ada banyak hal yang harus dilakukan. And we’re still young, right?

Kadang saya berpikir, enak ya jadi cowok. Sampai kapanpun ingin mengejar cita-cita, ingin menuntut ilmu sampai doktor pun, tidak ada limit yang membatasi. Sebagai perempuan, cita-cita harus dikompromikan dengan batas-batas yang terdengar sedikit tak adil. Seperti misalnya, usia.

Back to our own vision and priority sih, sebenarnya. Tapi tetap saja kadang kala rasa iri itu melintas. Dan saya bertanya-tanya, adakah masanya egoisme saya akan menepi?

Semoga semua yang sepertinya tak dapat sejalan itu, suatu ketika, entah bagaimana, dapat berjalan beriringan. Semoga dalam hidup tak ada hal yang disesali. Semoga.. Semoga..